You Don’t Know Love [Chapter 2] End

poster-you-dont-know-love-copy

Author : Kim Raemi

Tittle : You Don’t Know Love [Chapter 2]

Genre : Romance, AU, Angst

Length : 2Shoot

Summary : “Jungkookie” seruan itu tampak tak asing lagi untuk Jungkook, namun karena sikapnya semua berubah begitu saja. Tak pelak ia pun begitu merindukan seruan tersebut.

A/N : Maaf saya tidak membawa FF B&S, ini Fanfic lama yang sudah saya buat tapi belum saya post. Buat melepas rindu sama KookU jadi saya post, selamat membaca ^^

Cast :

  • Lee Jieun / IU
  • Jeon Jungkook
  • Kim Seokjin / Jeon Seokjin
  • Choi Junhong

You Don’t Know Love [Chapter 1]

[Trailer Fanfic] You dont know love (Jeon Jungkook and IU)

“Annyeong” seru Jieun pada keluarga Jeon, mereka terlihat tengah menonton televisi bersama “Aku mencoba membuat macaroni panggang, silahkan dicicipi” Jieun tanpa ragu menaruh macaroni panggang yang memang ia buat sendiri.

“Aigo malam-malam diberi macaroni panggang sebuah keberuntungan” seru ibu Jungkook dan tanpa ragu semua mencicipi beberapa macaroni panggang buatan Jieun dengan beberapa varian rasa.

Jieun sadar ada yang kurang dari keluarga Jeon “Jungkook ada dikamar, kau bawa saja macaroni itu kekamarnya.” Ujar Seokjin mengerti mata Jieun mencari seorang Jungkook.

“Seokjin benar, kau berikan saja dikamarnya.” Timpal ibu Jungkook

Jieun mengangguk namun ketika ia ingin berlangkah ayah Jungkook berseru “Macaroni buatanmu enak Jieun.” Jieun hanya tersenyum dengan pujian yang diberikan ayah Jungkook.

Jieun sudah didepan kamar Jungkook dan seperti biasa ia tidak pernah ragu untuk masuk kekamar Jungkook. Ketika Jieun membuka kamar Jungkook terlihat jelas dari kasat matanya kamar ini tidak ada siapa-siapa “Eoh kemana anak itu?” gumam Jieun.

Namun matanya terhenti mendapati pintu kamar balkon ini terbuka lebar, terlihat oleh Jieun seorang Jungkook tengah berdiri sambil merentangkan tangannya menghirup udara segar malam hari. Mendapati ini Jieun tersenyum kecil dan tersebit keusilan seorang Jieun.

Jieun menaruh macaroni panggang itu dimeja belajar Jungkook dan pelan-pelan ia menghampiri Jungkook yang sepertinya tidak menyadari kehadiran Jieun. Tepat dibelakang Jungkook saat itu juga Jieun tersenyum dan tanpa ragu memeluk Jungkook dari belakang “Jungkookie” seru Jieun yang masih memeluk Jungkook seraya memiringkan kepalanya untuk melihat kearah Jungkook.

Jungkook terlihat sangat kaget dengan kehadiran Jieun dan asal memeluknya. Hanya tatapan yang diberikan Jungkook saat itu, entah kenapa tatapan Jungkook terlihat berbeda dari biasanya rahangnya seolah mengeras, Jungkook melepaskan tangan Jieun yang melingkar di perutnya dan ia menatap tajam Jieun.

“Ya, waeyo?” entah kenapa Jieun merasa tatapan Jungkook sangat aneh, tanpa  membalas ucapan Jieun saat itu juga Jungkook semakin mendekatkan diri kearah Jieun. Sungguh hal yang tidak biasanya Jungkook bersikap seperti ini, Jieun berjalan mundur kebelakang dan Jungkook tetap menghampirinya.

“Kau ini kenapa?” lagi-lagi Jieun bertanya, namun tidak digubris oleh Jungkook. Ia justru semakin mendekat kearah Jieun dan saat itu Jieun tidak bisa berjalan mundur karena langkahnya sudah terjebak pada sebuah tembok balkon ini, dirasakan oleh Jieun jarak Jungkook sangat dekat dengannya bahkan kali ini tangan Jungkook ia sandarkan ditembok tepat disamping kepala Jieun.

Jungkook mendekatkan wajahnya pada wajah Jieun dan sungguh ia rasakan deru napas Jungkook di pori-pori wajahnya. “Ya, aku kesini hanya—“ ucapan Jieun terpotong karena Jungkook semakin mendekatkan wajahnya pada Jieun

Jieun hanya mampu menelan ludah dan memejamkan matanya, namun ia sadar tidak terjadi apapun kepadanya dan memberanikan diri membuka matanya.

Terlihat jelas bola mata Jungkook yang menatapnya tajam “Noona, seharusnya aku yang bertanya. Kenapa kau terus menggangguku?” tanya Jungkook penuh penekanan, namun entah kenapa saat itu Jieun tidak bisa berkata apa-apa ia hanya mampu menatap bola mata Jungkook yang menatapnya tajam.

“Wae? Kenapa kau tidak bisa menjawab? Apa sebenarnya yang kau inginkan?” Jungkook kembali berbicara tepat didepan wajah Jieun dan kembali Jieun tidak bisa mampu mengeluarkan sepatah kata pun “Apa ini yang kau inginkan?”

Chu~

Jungkook mengecup bibir Jieun dan sesaat kembali menatap Jieun tajam.

Jieun benar-benar tidak percaya dengan tindakan Jungkook yang spontan ini, lidahnya benar-benar dibuat kelu namun sebisa mungkin ia berusaha berucap “Tidak Jungkookie” suara pelan Jieun membuat Jungkook mengerutkan dahinya.

“Tidak? Lalu kenapa kau terus menggangguku? Tidak sadarkah sikapmu yang semakin berlebihan. Kau terus mencubiti pipiku, merangkulku, menggamit tanganku, dan sekarang kau dengan sembarangan memelukku.” Tanya Jungkook penuh penekanan, Jieun kembali tidak menjawab pertanyaan Jungkook.

“Kekasihku saja tidak berani melakukan hal itu padaku, sedang kau Noona—“ Jungkook tidak tahu harus berbicara apalagi pada Jieun, karena menurutnya tindakan Jieun berlebihan dan Jieun menyadari hal ini.

Mendengar ucapan Jungkook kali ini ia bersua “Mianhae, jeongmal mianhae Jungkookie” ujar Jieun dengan lirih

Jungkook menjaga jaraknya dengan Jieun “Jika kau menyukaiku seharusnya kau tidak terus menggangguku. Berhentilah menggangguku Jieun noona”

Jieun menatap dalam Jungkook “Mianhae” hanya kata itu yang mampu diucapkan Jieun pada Jungkook. Namun sesaat Jieun mengembangkan senyuman biasanya pada Jungkook, senyuman yang setiap hari ia berikan pada Jungkook, senyuman tulus dan ciri khas seorang Jieun.

Jieun ingin mengacak rambut Jungkook, namun ia tahan dan berlalu meninggalkan Jungkook tanpa sepatah kata apapun. Sedang Jungkook diam terpaku dengan sikap Jieun yang hanya meninggalkan senyuman terbaiknya

“Mianhae Jieun noona” entah kenapa kata tersebut terbesit begitu saja dari mulut Jungkook ‘Kekasih’ ia pun cukup teringat akan ucapannya tersebut ia hanya ingin memberi efek jera dengan kebohongannya tersebut. Namun semua itu tampak berlebihan, ia pun hanya mampu menatap punggung Jieun yang kian menghilang dari kamarnya ini. Perasaan apa ini begitu sulit diartikan bagi Jungkook, ia menghelakan napas beratnya berkali – kali.

****

-Dua hari kemudian-

Seperti biasa dipagi sarapan merupakan rutinitas dikediaman Jeon, namun berbeda dari hari biasanya keadaan disini begitu hening. Entah ini sebuah ketenangan atau kebetulan saja, sudah dua hari Jungkook tidak mendengar ada yang meneriakinya dengan sebutan ‘Jungkookie’.

“Tumben Jieun tidak kesini” ujar ibunya membuyarkan suasana sarapan pagi.

“Iya biasanya dia sudah berteriak ‘Jungkookie’” ujar ayahnya yang menimpali ucapan ibunya.

Seokjin terlihat menatap Jungkook yang hanya diam saja mendengar percakapan ayah dan ibunya ini. saat itu juga Jungkook meraih ranselnya dan berpamitan pada keluarganya, Seokjin pu melakukan hal yang sama dengan Jungkook berpamitan. Ia mengejar Jungkook yang sudah berjalan dipekarangan rumahnya “Ya, biar aku antar kau sekolah” ujar Seokjin yang belalu menuju bagasi.

Mendapati ini Jungkook hanya mengerutkan alisnya tidak biasanya kakaknya ini mau mengantarkannya kesekolah “Cepat naik” seru Seokjin dari dalam mobil.

Tanpa ragu Jungkook memasuki mobil Seokjin “Hyung tidak biasanya kau mau mengantarku?” Tanyanya sambil memasang sabuk pengaman.

Seokjin tersenyum dan berkata “Aku hanya ingin menjadi kakak yang baik untuk adiknya.” Perkataan Seokjin sukses membuat Jungkook mengerutkan dahinya dan tersenyum.

Mobil mereka baru saja keluar pekarangan rumah dan tepat melewati rumah Jieun “Kemana bocah itu tidak ada kabar sama sekali dua hari ini.” ujar Seokjin tiba-tiba sambil menatap rumah Jieun.

Jungkook hanya terdiam mendengar ucapan Seokjin “Ya, sepertinya hidupmu sudah aman untuk dua hari ini” lanjut Seokjin pada Jungkook.

“Mungkin dia sudah menyerah” ujar Jungkook santai

Seokjin hanya tersenyum mendengar ucapan Jungkook, tanpa Seokjin sadari dari kaca spion Jungkook terus menatap kearah rumah Jieun yang kian lama menghilang dari kaca spion.

****

-Seminggu kemudian-

Jungkook baru saja dari dapur mengambil air mineral yang biasa ia bawa untuk dikamarnya. Tepat diruang tengah terdengar jelas ibunya bersua “Sudah seminggu Jieun tidak kerumah, ada apa sebenarnya?” terlihat ibunya tengah berbicara pada Seokjin.

“Molla, aku mengirim pesan pun tidak dibalas.” Terang Seokjin

“Ya Jeon Jungkook.” Ibunya memang sadar kalau Jungkook tengah mendengar pembicaraan mereka “Kalian berdua tidak sedang bertengkar hebat kan?” lanjut ibunya membuat Jungkook mengerutkan keningnya.

“Eomma, memangnya aku dan Jieun noona berpacaran sampai eomma bertanya seperti itu.” Ujar Jungkook tidak percaya dengan pertanyaan ibunya dan Seokjin cekikikan.

“Aniya, hanya aneh saja jika Jieun tidak kesini” ujar ibunya

“Bukannya bagus jika tidak ada yang berisik lagi disini.” Ujar Jungkook asal.

“Justru itu jika tidak ada suara berisik Jieun, rumah ini terasa aneh” ujar ibunya, Seokjin dan Jungkook hanya menatap ibunya.

Tanpa berkata apa-apa Jungkook memasuki kamarnya dan kali ini matanya tertuju pada balkon. Ia berjalan kearah jendela balkon dan digeser olehnya tirai jendela balkon kamarnya ini, tanpa terasa ia tengah menatap kearah sebrang kamarnya ini dimana kamar Jieun yang berada didepan kamarnya.

Menyadari tingkahnya buru-buru ia menutup tirai jendela “ Apa yang kau pikirkan Jeon Jungkook” gumamnya sendiri dan mengelengkan kepalanya agar sadar akan tingkahnya ini.

*****

-Sebulan kemudian-

“Seokjin bantu eomma membawakan kue ini kerumah Jieun” seru ibunya meneriaki Seokjin yang masih asik menonton tv bersama Jungkook.

“Ne eomma.” Seokjin meninggalkan Jungkook yang masih asik menonton Tv, namun entah kenapa pikirannya seakan tidak fokus menonton tv.

Ia melirik kearah ibu dan kakaknya yang sibuk membawa kue buatan ibunya ini. “Butuh bantuan?” ujar Jungkook secara spontan membuat ibunya dan Seokjin mengerutkan keningnya.

“Sepertinya tidak, dua nampan ini tidak membuat kami kesulitan.” Ujar ibunya santai.

Seokjin menatap Jungkook entah apa yang ada dipikirannya saat itu dia berkata “Eomma, sepertinya aku tidak bisa membantu. Ada beberapa pekerjaan kantor yang harus aku kerjakan, sepertinya Jungkook siap membantu.”

“Ya Seokjin, tapi kan Jungkook paling anti jika diajak kerumah Jieun.” Ujar ibunya

“Bukan kah tadi dia menawarkan diri ‘butuh bantuan’?.” Ujar Seokjin mengulangi ucapan Jungkook.

Ibunya tersenyum mengerti dan Seokjin memberikan nampan yang berisikan kue buatan ibunya pada Jungkook seraya berkata “Antar ini jika membuat rasa penasaranmu hilang.”

Jungkook menggelengkan kepalanya “Jangan salah paham hyung, aku hanya ingin membantu eomma.” Hanya senyuman yang diberikan Seokjin .

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai dirumah Jieun yang jaraknya bersebelahan dengan keluarga Jeon, kali ini Jungkook dan ibunya sudah berada di rumah Jieun. Ibu Jieun dengan senang hati menerima kue buatan ibu Jungkook.

“Gomawoyo” seru ibu Jieun sambil merapikan kue buatan ibu Jungkook kedalam kotak makanan miliknya.

“Tidak usah sungkan, Jieun sering melakukan ini pada keluarga kami. Sudah sewajarnya aku melakukan hal ini pada Jieun.” Jelas ibu Jungkook

Ibu Jieun hanya tersenyum dan menatap Jungkook “Ya, Jungkookie tidak biasanya kau mau kerumah ini. biasanya Seokjin yang kesini” Jungkook hanya mampu tersenyum mendengar ucapan ibu Jieun.

“Seokjin ada pekerjaan kantor yang harus ia selesaikan, jadi aku mengajak Jungkook saja” ujar ibu Jungkook.

“Ahhh, kalau saja Jieun ada dirumah mungkin dia sudah berteriak ‘Jungkookie,Jungkookie’” ibu Jieun memperagai Jieun yang sangat senang ketika berteriak memanggil Jungkook.

Jungkook menatap ibu Jieun entah apa yang ada dipikirannya saat ini, namun ibu Jungkook bertanya “Memang Jieun kemana? Sudah sebulan lebih dia tidak kerumah kami”

“Dia sedang mengejar kuliahnya agar selesai bulan ini atau bulan depan, jadi ia jarang sekali pulang kerumah untuk mengerjakan skripsi. Ia memilih menginap dirumah temannya yang dekat dengan kampus.” Terang ibu Jieun dijawab anggukan mengerti oleh ibu Jungkook.

“Oiya sebentar lagi Jungkook akan menginjak bangku perkuliahan, sudah menentukan ?” lanjut ibu Jieun

“Ne, ahjjuma bulan- bulan ini aku akan menjalani ujian akhir sekolah. Doakan aku lulus dan masuk universitas yang aku harapkan” ujar Jungkook sambil tersenyum riang.

“Tentu saja! Kau pasti mendapat nilai yang terbaik. Aigo lucu sekali kau ini” Ibu Jieun mengacak lembut rambut Jungkook, entah kenapa hal ini mengingatkannya akan Jieun yang sering melakukan hal ini padanya “ andai saja kalau aku melahirkan anak laki-laki lagi mungkin Jieun akan senang” lanjut ibu Jieun.

Jungkook mengerutkan keningnya dengan kata-kata ibu Jieun yang terdengar ambigu. Namun buru-buru ia menepis pikiran yang mungkin akan membuatnya berpikir keras.

****

Jungkook tengah menghirup udara segar dibalkon, ia terduduk ditempat biasa ia menghirup udara segar dimalam hari. Namun matanya menatap kearah balkon kamar Jieun ‘Balkon merupakan tempat favoriteku, setiap malam aku suka menatap langit. Maka keluarlah dari kamarmu Jungkookie’ entah kenapa ucapan yang pernah dikatakan Jieun terngiang begitu saja dibenaknya.

Dua minggu sudah berlalu dan Jieun tidak menunjukkan batang hidungnya hingga sekarang, bahkan terlihat jelas dari kasat mata Jungkook kamar Jieun yang gelap seolah tak berpenghuni.

Memang kehidupan Jungkook seakan berubah selama dua minggu ini, setidaknya ia bisa bernapas lega tidak mendengar teriakan yang diberikan Jieun padanya. Tapi entah seperti ada sesuatu yang kurang, namun ia tidak mau berpikir telalu dalam.

Mengingat akan kejadian waktu lalu, kejadian dibalkon ini membuat Jungkook mengigit bibir bawahnya. Telebih ia pun sadar dengan tindakannya yang mengecup Jieun, sebelumnya ia belum pernah mengecup seorang gadis, ia pun tak mengerti kenapa ia dapat bertindak demikian. Dengan helaan napas berat ia berkata “Aku rasa dia sudah menyerah, bagus kalau begitu.” Entah ia benar-benar tidak ingin terbawa perasaan dan berpikir yang macam-macam. ‘ini lebih baik Jeon Jungkook’ batin Jungkook berbicara seperti itu seolah untuk meyakinan dirinya, karena ia pun tidak mengerti dengan perasaannya ini.

*****

Tujuh bulan kemudian-

-BIG University-

Sebuah motor sport melaju pelan di pekarangan kampus dan tepat diparkiran motor sport tersebut berhenti. Pemilik motor tersebut membuka helmnya “Ya, Jeon Jungkook!” seru seseorang dari parkiran mobil memanggil pria tampan ini.

Tujuh bulan sudah berlalu semenjak kejadian dibalkon Jungkook tidak pernah melihat seorang Jieun, meski pun ia berada dibalkon tetapi kamar Jieun benar-benar seolah tidak berpenghuni lagi. Kehidupan Jungkook seakan berubah dari beberapa tahun yang lalu dimana sebuah teriakan yang selalu menggema dirumahnya tidak terdengar lagi, celoteh, bekal makanan, pudding coklat, cubitan semua yang menyangkut akan Jieun sudah tidak ia rasakan lagi.

Sejujurnya rumah terasa sepi ketika Jieun tidak ada, sering kali ibunya membicarakan kelakuan Jieun yang sering membuat frustasi, namun hal itulah yang terasa hilang pada kediaman Jeon.

Hingga saat ini waktu bergulir sangat cepat, tiga bulan sudah Jungkook resmi menjadi seorang mahasiswa BIG university fakultas Teknik, penampillannya pun kian berubah ia terlihat dewasa dengan jaket kulit yang tengah dikenakannya. Jungkook menghampiri temannya yang memanggilnya tadi.

“Eoh, Jimin dimana yang lain? Apa mereka ada mata kuliah?” tanya Jungkook menyadari kedua teman SMAnya dulu yang memang satu universitas, namun berbeda fakultas dengannya tidak terlihat.

“Taehyung dan Hoseok ada dikantin, kajja” ujar Jimin, Jungkook mengangguk mengerti dan mereka berdua menuju kantin yang berada diantara fakultas Teknik dan managemen.

Sampai dikantin benar saja kedua temannya tengah asik menyantap makanan mereka. Tanpa pikir panjang Jungkook dan Jimin menghampiri kedua temannya ini.

“Tumben pagi-pagi sudah ada dikampus” sindir Jimin pada kedua temannya ini.

“Kami harus mengejar dosen untuk perbaikan nilai” terang Taehyung dengan rasa kekesalannya karena sejak jam 7 pagi ia sudah berada di kampus.

Jungkook dan Jimin tertawa terbahak mendengar ucapan Taehyung “Ya, jangan asal tertawa kalian. Betapa sulitnya kami mengikuti kuliah managemen ini” Kesal Hoseok

“Salah sendiri kenapa beda fakultas dengan kami” Jimin justru menimpali ocehannya tadi dan sukses membuat kedua temannya menatap tajam Jimin.

“Kalau bukan karena orangtua juga tidak akan!!” ujar Taehyung dan Hoseok penuh penekanan diakhir kalimat, lagi-lagi hanya tawaan yang didapat mereka.

“Jeon Jungkook” suara tersebut membuyarkan candaan pada keempat pria ini. Terlihat jelas beberapa wanita sudah berdiri disamping Jungkook “Untukmu” beberapa wanita itu memberikan hadiah yang mereka bawa untuk Jungkook.

Jungkook tersenyum menerima hadiah ini “Gomawo Noona” ujar Jungkook dengan tulus, sukses membuat para Noona yang biasa memberi hadiah pada Jungkook tersipu malu dan meninggalkan Jungkook dengan senyuman puas mereka.

Ketiga temannya yang sudah biasa dengan keadaan ini hanya menatap Jungkook “Semakin banyak Noona-Noona yang menyukai Jungkook, lihat hadiahnya lebih banyak dari biasanya dan kau terkalahkan Kim Taehyung.” Ujar Jimin tidak percaya dengan hadiah yang diberikan untuk Jungkook.

“Ya! Sejak SMA pun ia selalu mendapatkan hadiah terbanyak dari para Noona” Taehyung justru menimpali ucapan Jimin.

Melihat ini Jungkook mengelengkan kepalanya “Aissh untuk apa membicarakan hadiah, kalian buka saja. Jika makanan langsung dimakan.” Seperti itulah Jungkook ketika mendapat hadiah, jika makanan teman-teman lah yang memakannya.

Benar saja banyak coklat yang diberikan para Noona dan tanpa ragu ketiga temannya sibuk dengan coklat tersebut. “Aku perhatikan Jungkook sekarang begitu ramah dengan para Noona. Tidak seperti dulu terhadap Jieun Noona.” Ujar Hoseok seolah mengingatkan dirinya akan seorang Jieun.

“Kau benar, ingat tidak waktu kita kerumahnya dan ada Jieun Noona. Ia justru bersikap acuh tak acuh pada Jieun Noona.” Taehyung justru menimpali dan melirik kearah Jungkook yang hanya mampu terdiam.

“Tapi sadarlah mana pernah dia memberi bekal yang dibuat oleh Jieun Noona pada kita, mencicipi sedikit saja sudah dilarang olehnya.” Ujar Jimin mengingat kala SMA dimana Jungkook sering membawa bekal buatan Jieun, lagi – lagi Jungkook tidak bergeming.

“Ahhh aku jadi merindukan Jieun Noona. Ya bukankah dia kuliah disini juga?” ujar Hoseok

“Ya, dia memang berkuliah disini tapi kan sudah lulus” Ujar Taehyung membuat semua menatapnya seolah bertanya ‘bagaimana ia bisa tahu akan hal ini’ dan Jungkook pun menatapnya penuh rasa penasaran.

Risih dengan tatapan itu Taehyung bersua “Kakakku kuliah disini juga, rupanya dia satu fakultas dengan Jieun Noona dan berada disatu angkatan. Tiga bulan yang lalu ia melakukan wisuda dan lihat ini” Taehyung menunjukkan foto kelulusan kakaknya dan terdapat Jieun di foto tersebut.

Jungkook tetap diam entah apa yang ada dipikirannya saat ini, tapi Jimin bertanya “Kau tidak penasaran akan kabar Jieun Noona? Dari tadi kau hanya diam saja”

“Aniya” jawab Jungkook enteng sambil meneguk air mineral.

“Oiya kau mana peduli dengan Jieun Noona.” Ujar Jimin dan kali ini ketiga temannya mengalihkan pembicaraan mengenai tim basketnya.

*****

Jungkook dan Jimin tengah mengepakkan beberapa buku kedalam ransel mereka, baru saja ia menyelesaikan mata kuliah dengan 4 sks dan cukup membuat mereka suntuk didalam kelas. Tanpa berkata apa-apa mereka segera keluar dari kelas ini.

Mereka memang berniat untuk ke fakultas managemen dimana Taehyung dan Hosoek berada disana. Tetapi tepat dilobi fakultas managemen terlihat para wanita begitu berisik dan seperti tengah mengkerubungi sesuatu.

“Ada apa itu?” pekik Jimin tidak paham dengan ramai-ramai dilobi.

“Anak baru pindahan dari jepang, wajar dikerubungi para yeoja! Lagi pula wajahnya pun tidak diragukan” ujar Hoseok secara tiba-tiba membuat Jungkook dan Jimin cukup kaget dengan kehadiran orang ini.

Terlihat jelas kali ini pria tampan dan sangat tinggi dengan setelan santai namun terkesan cute  tengah berjalan santai menuju sebuah kelas. “Choi Junhong” banyak para wanita yang berserukan nama pria itu.

“Padahal ia baru masuk kemarin, tetapi kepopulerannya mengalahkankku, untung saja dia berada di kelas B” ujar Taehyung tidak percaya.

“Wae? Takut dikelas semua yeoja hanya memandangnya dibanding kau?” ledek Hoseok disambut tawaan oleh teman-temannya, Taehyun hanya mencibir menanggapi hal ini.

“Ahhh Junhong sangat menggemaskan” seru para wanita berkomentar akan anak pindahan tersebut.

Mendapati hal ini, keempat pria hanya mengelengkan kepala mereka. “Siang ini kita latihan basket , Suga hyung sudah memberi kabar kan?” ujar Jimin dan ketiga temannya menjawab dengan anggukan mantap.

#####

Disebuah ruangan ganti dimana para pria sudah mengganti pakaian mereka dengan kostum basket masing-masing, mereka justru sibuk bersenda gurau sebelum melakukan latihan basket. Tidak jarang diantaranya yang melakukan shit up atau push up untuk pemanasan sebelum berlatih.

Karena terlihat pelatih senior yang biasa melatih mereka belum datang, keadaan diruangan ini begitu bising dengan senda gurau para pria dan tidak jarang dari mereka yang membuat lelucon. Bukan hanya semester 1 yang berada disini, mereka berlatih dengan para senior dan berbeda fakultas.

Bukan hanya itu para senior disini pun membicarakan para junior mereka yang cantik. Begitu juga dengan para Junior yang mengincar senior cantik dikampus ini, tidak dengan Jungkook yang sibuk menonton anime dilayar ponselnya.

Namun seorang senior menghampirinya dan berkata “Jungkook! Aku hampir saja lupa”

Jungkook mengerutkan dahinya mendapati tingkah seniornya ini, pandangannya yang tadi fokus pada layar ponsel kali ini ia menatap seniornya “Wae Jackson hyung?”.

Terlihat Jackson merogoh tas miliknya “Ini ada titipan para yeoja dikelasku untukmu” Jackson menyodorkan beberapa coklat dan surat pada Jungkook.

“Gomawo hyung, kenapa tidak langsung saja memberikan padaku” Untuk kesekian kalinya Jungkook menerima hal ini para Noona yang memang menitipkan pada teman sekelasnya.

“Sudah kukatakan pada mereka, tapi katanya malu.” Ujar Jackson dan beberapa senior sama seperti Jackson mendapat amanat untuk memberikan hadiah untuk para junior tampan ini.

Bukan hanya Jungkook yang menerima hal ini, tetapi teman-teman satu angkatannya ini pun menerima hal yang sama. Memang club basket ini begitu popular dikalangan wanita, begitu juga para senior yang mendapat hadiah dari Juniornya.

Tiba-tiba beberapa pelatih senior yang biasa melatih mereka datang “Kalian sudah siap berlatih?” seru seorang Senior yang memimpin club ini.

“Ne” seru seisi ruangan ini menggema.

“Ahhh kita kehadiran teman baru untuk club ini dan dia cocok untuk posisi pertahanan. Karena ia memiliki tubuh yang tinggi” ujar senior dan menyuruh seseorang itu masuk keruangan ini.

Terlihat pria dengan postur tubuh yang sangat tinggi berdiri tegak disamping para senior dan ia dengan lantang memperkenalkan dirinya “Annyeonghaseyo, Choi Junhong imnida. Mohon bimbingannya” senyuman menggembang dari bibir pria ini.

Jungkook dan ketiga temannya hanya bertukar pandang mendapati pria yang tadi pagi sempat dikerubungi para wanita di lobi fakultas managemen dan memang menjadi trending di fakultas tersebut.

“Eoh pria itu bergabung di club basket ini, bagus kalau begitu. Tubuhnya sangat mendukung untuk club basket ini” ujar Jungkook tersenyum tipis

“Kau benar. Setidaknya ini nilai plus untuk club kita memenangkan pertandingan minggu depan.” Timpal Hoseok disambut anggukan teman-temannya yang tidak sengaja mendengar ucapannya ini.

“Junhong, kau bisa bergabung dengan yang lain untuk latihan hari ini. Jungkook bisa kau ambilkan baju ganti untuknya dan yang lain bisa langsung kelapangan untuk latihan” senior memberikan pengarahan.

Junhong yang menghampiri Jungkook dan teman-temannya bersalaman layaknya seorang pria biasanya, tidak segan mereka memberi tahu sedikit peraturan di club basket ini pada Junhong. Tanpa ragu mereka berlatih bersama dan bekerja sama untuk memenangkan pertandingan minggu depan.

#####

Jungkook tengah melajukan motor sportnya menuju rumahnya, dimana waktu yang sudah menunjukkan pukul 19.00. Sebenarnya sore pun latihan basketnya sudah selesai, hanya saja teman-temannya mengajaknya untuk makan dan sedikit membicarakan latihan basket hari ini. Kalau sudah berkumpul dengan teman-temannya ia sampai lupa waktu.

Kali ini ia sudah berada didekat rumahnya, tanpa sengaja ia menatap rumah Jieun entah apa yang ada dipikirannya. Ketika ia melewati rumah Jieun, ia mengerutkan dahi mendapati seseorang tengah berdiri didepan pintu gerbang rumah Jieun.

Entah hanya perasaannya saja atau ia salah lihat, orang tersebut seperti penah ia lihat. Tepat didepan pintu gerbang rumahnya, mata Jungkook masih saja menatap kearah rumah Jieun dan memperhatikan orang yang masih berdiri didepan gerbang rumah Jieun Ia menatap lekat  seseorang itu dan ia membulatkan matanya “Junhong? Apa aku tidak salah lihat?” Gumam Jungkook

Ia cukup penasaran lalu membuka helm yang dikenakannya dan turun dari motornya, sedikit ragu ia menghampiri orang tersebut. Menyadari kehadiran Jungkook spontan orang tersebut berseru “Eoh Jeon Jungkook?”.

Dugaannya rupanya benar kalau orang tersebut adalah Choi Junhong, orang baru ia kenal hari ini dikampusnya. “Bagaimana bisa kau disini?” tanya Junhong tidak percaya Jungkook menghampirinya.

“Itu rumahku, seharusnya aku yang bertanya bagaimana bisa kau disini?” ujar Jungkook sambil menunjuk rumahnya yang berada disamping rumah Jieun.

Junhong terdiam sejenak dan sesaat ia tersenyum “Aku tinggal disini.” Ujar Junhong yang menunjuk pada rumah Jieun.

Jungkook membulatkan kedua matanya tidak percaya “Jieun Noona?”

Junhong mengangguk dan kembali dengan senyuman yang sulit diartikan bagi Jungkook “Ahhh rupanya Jungkook yang sering Noona ceritakan adalah kau, Gomawo sudah menggantikan posisi Yugyeom salama aku tidak ada” ujar Junhong

 “Maksudmu?” Jungkook sama sekali tidak paham dengan ucapan Junhong.

“Apa dia memperlakukanmu seperti anak kecil? Mencubit pipimu, mengacak rambutmu, merangkul dan memelukmu” Junhong justru melontarkan pertanyaan para Jungkook.

Jungkook masih sulit memahami ucapan Junhong, namun bagaimana ia bisa tahu Jieun memperlakukannya seperti yang ia ucapkan ini. Junhong tersenyum dengan ekpresi Jungkook dan berkata “ yang ia lakukan padamu, ia pun memperlakukannya padaku.”

Jungkook membulatkan matanya semakin tidak mengerti dengan ucapan Junhong. Belum sempat Jungkook melontarkan pertanyaan, seseorang berseru riang “Junhong-yaaaa”

Suara itu terdengar tidak asing bagi Jungkook, terlihat jelas wanita cantik berambut panjang dengan setelan wanita kantoran tengah mencubit pipi Junhong.

“Ya, kau lama sekali Noona” ujar Junhong

“Aigo, apa kau menungguku pulang kerja?” ujar wanita tersebut

“Tentu saja, untuk apa aku berdiri kedingin didepan gerbang kalau bukan menunggumu.” Ujar Junhong sambil mengerucutkan bibirnya.

Wanita itu tersenyum dan mengacak lembut rambut Junhong, namun ia tersadar dengan adanya Jungkook “Eoh, Oraemaniya Jungkookie” ujar wanita tersebut dengan senyuman manisnya.

Jungkook mengerutkan keningnya “Nuguya?” wanita ini terlihat asing akan penampilannya.

“Ya, beberapa bulan tidak bertemu denganku. Kau sudah melupakanku” ujarnya mengerucutkan bibirnya.

Suara ini sungguh Jungkook mengenalnya “Jieun Noona?” ragu ia menanyakan hal ini, karena penampilannya bukan seperti Jieun yang hanya mengenakan T-shit dan celana jeans. Sedang wanita yang tengah berhadapan dengannya berbanding 900 dari Jieun yang ia kenal.

“Tentu saja ini aku Jungkookie” penuh penekanan Jieun mengucapkan nama Jungkook.

Jungkook tertegun dengan ucapan Jieun, ia tidak menyangka akan bertemu dengan Jieun yang terlihat berubah. Jungkook tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun, lidahnya terasa kelu.

“Ya, jangan menatapku seperti itu. Kau terlihat begitu kaget dengan penampilanku sekarang.” Ujar Jieun dengan penampilan feminimnya.

“Sepertinya dia sangat kaget dengan perubahan penampilanmu yang berantakan dulu.” Ledek Junhong membuat Jieun menatap tajamnya.

“Aiissh diam kau” Jieun menjulurkan lidah pada Junhong, hanya tawaan yang diberikan Junhong. Jieun kembali menatap Jungkook yang tidak mengeluarkan sepatah kata pun entah apa yang ada dipikirannya saat ini. “ Penampilanmu pun banyak berubah Jungkook, kau terlihat lebih tampan. Pasti kekasihmu sangat senang” lanjut Jieun

Jieun ingin mengacak rambut Jungkook, namun ia tidak jadi melakukannya. Saat itu Jungkook bersua “Wae? Bukankah kau ingin mengacak rambutku?”

Jieun tersenyum tipis “Aniyo.. Masuklah, udara mulai terasa dingin” masih dengan senyuman ciri khasnya, Jieun menggamit tangan Junhong dan memasuki rumahnya meninggalkan Jungkook yang masih diam membeku.

Sungguh ia tidak mengerti dengan semua ini, ia benar – benar butuh penjelasan dan Junhong? Ia tak tahu harus berkata apa lagi namun rasa penasaran pun cukup menyelimutinya.

*****

Suara kicauan burung seolah mengisyaratkan kalau malam sudah berlalu dan pagi hari siap untuk mengawali kehidupan. Jungkook yang sudah terbangun hanya mampu menatap langit kamarnya, berharap kejadian malam tadi hanya sebuah mimpi. Entah ia pun tidak mengerti dengan perngharapannya yang mungkin terdengar konyol, namun tidak dapat ia pungkiri kalau kejadian semalam membuatnya berpikir keras.

“Eoh, kau sudah bangun rupanya” seru ibunya yang baru memasuki kamar Jungkook.

“Tumben sekali kau sudah bangun di hari minggu” ujar Seokjin yang memang tanpa sengaja melewati kamar Jungkook dan melihat ibunya tengah berbicara pada Jungkook.

“Diam kau hyung” dengus kesal Jungkook dan beranjak dari tempat tidur seraya meminum air mineral yang sudah tersedia dikamarnya. Seokjin hanya cekikikan mendapati raut wajah kesal Jungkook.

“Seokjin, ku dengar Jieun bekerja diperusahaan yang sama denganmu?” tanya ibunya sibuk membuka jendela kamar Jungkook dan mendapati Jieun yang menghirup udara segar dibalkon kamarnya.

“Ne, perubahan penampilannya membuatku tidak menyangka kalau dia adalah Jieun” ujar Seokjin yang juga tengah menatap kearah balkon kamar Jieun.

“Nado, aku terlihat bodoh tidak mengenalinya semalam” ujar Jungkook yang secara reflek mengucapkan kalimat itu.

Seokjin dan ibunya menatap Jungkook seyara tersenyum “Wae? Kau kagum dengan kecantikannya sekarang? Lama tidak terlihat dia sudah lulus dan bekerja.” Ujar ibunya

“Aniyo. Penampilannya yang dulu tidak buruk menurutku” ibu dan Seokjin saling bertukar tatap mendengar ucapan Jungkook.

“Kau terlihat merindukannya Jeon Jungkook” ujar ibunya membuat Jungkook membulatkan kedua matanya.

“Ya, eomma. Jangan berbicara sembarangan, aku tidak merindukannya” sangkal Jungkook di sambut senyuman ibunya.

Entah kenapa ketiga orang ini tidak lepas pandangannya dari seorang Jieun dan telihat jelas seorang pria yang keluar dari kamar Jieun seraya merangkulnya, seolah ia menyuruh Jieun untuk masuk kedalam rumah dan terlihat jelas senyum ceria terlintas dari bibir manis Jieun. Seperti yang penah Jieun lakukan pada Jungkook, ia tengah mengacak dan mencubit pipi pria dihadapannya, dengan jahil ia mencubit hidung pria tersebut seraya berlari kecil masuk kedalam rumahnya menghindari balasan dari pria tersebut yang juga mengejarnya dan Jungkook tahu jelas siapa pria tersebut ‘Choi Junhong’.

“Pasti dia sangat senang Junhong sudah kembali” ujar ibunya

“Kau benar eomma, setidaknya Junhong masih mampu bersikap seperti Yugyeom” timpal Seokjin

Jungkook yang mendengar hal ini mengerutkan dahinya, ia sangat bingung dengan ucapan ibu dan kakaknya ini. bagaimana ia bisa tahu kalau orang itu Junhong, ‘Yugyeom’ nama itu pernah ia dengar dari mulut Junhong tadi malam. Tidak berlama-lama ibunya keluar dari kamar Jungkook, sedang Seokjin yang ingin meninggalkan Jungkook sendirian namun….

“Hyung..” Jungkook menahan Seokjin meninggalkan kamarnya “Junhong? Yugyeom ? Jieun Noona? Apa maksud semua ini?” tanya Jungkook penuh rasa penasaran dan ketidak pahaman.

Seokjin menatap Jungkook, ia pun bingung harus memulai dari mana menceritakan pada Jungkook “Wae? Kenapa hanya diam saja? Dia memperlakukan Junhong sama sepertikun dulu. Setelah ia menyukaiku, dia menyukai Junhong dan mereka berpacaran?” sungguh pertanyaan konyol keluar begitu saja dari mulut Jungkook.

Pertanyaan Jungkook justru membuat Seokjin terkikik, namun sesaat ia menatap adiknya ini “Sepertinya kau salah menafsirkan sikap Jieun kepadamu.” Ujar Seokjin sukses membuat Jungkook mengerutkan keningnya.

“4 tahun yang lalu Yugyeom merupakan adik Jieun, dimana Jieun sangat menyayangi adiknya. Baginya adiknya sangat berharga, bahkan Yugyeom sudah menjadi bagian dari hidupnya. Ia sangat dekat dengan Yugyeom, bahkan ia memperlakukan Yugyeom seperti anak kecil. Tanpa Jieun ketahui kedua orangtua dan Yugyeom menutupi penyakit kanker yang diderita Yugyeom, Yugyeom tidak ingin Jieun tahu akan penyakit yang dideritany. Sampai ahkirnya ia tidak bisa melawan penyakit yang dideritanya, pukulan yang berat untuk seorang Jieun sampai ia tidak berbicara beberapa bulan dan tidak pergi kesekolah.”  Jungkook tertegun dengan cerita yang keluar dari mulut kakaknya ini, ia tidak ingin berkomentar karena Seokjin melanjutkan pembicaraannya.

“Sampai suatu hari Junhong yang merupakan anak dari teman ayahnya dititipkan oleh orangtuanya untuk tinggal dirumah Jieun, karena bisnis Junhong ditinggalkan dirumah Jieun. Sekilas Junhong terlihat mirip dengan Yugyeom, tapi Jieun menyadari kalau Junhong bukanlah Yugyeom. Hanya saja kehadiran Junhong membuatnya ceria kembali dan ia memperlakukan Junhong sama seperti yang dilakukannya pada Yugyeom dulu. Awal Junhong pun risih sama sepetimu” Seokjin menghentikan ucapannya seraya menatap Jungkook yang masih mendengarkan cerita kakaknya ini “Meski awal merasa risih, namun perlahan Junhong sadar kalau Jieun membutuhkan seorang adik. Hingga ia nyaman diperlakukan layaknya adik kandung, ia bersikap seperti adik pada Jieun. 2 tahun berlalu membuat Junhong benar-benar merasakan kasih sayang seorang kakak, namun sampai suatu hari Junhong diajak ke jepang oleh orangtuanya dan menetap di negeri sakura itu. Junhong sebenarnya tidak ingin ikut, hanya saja kedua orangtuanya sangat menginginkannya untuk tinggal bersama orangtuanya dijepang. Jieun pun tidak bisa berbuat apa-apa, ia membiarkan Junhong menetap dijepang. Seperti itulah yang aku dengar dari ibu Jieun, karena tidak mungkin Jieun akan menceritakan hal ini padaku” ujar Seokjin

Jungkook benar-benar tertegun mendegar cerita Seokjin akan seorang Jieun. Ia tidak menyangka kalau dulu Jieun mempunyai seorang adik, belum Jungkook berucap Seokjin sudah berbicara lebih dulu “Sampai akhirnya kita pindah kerumah ini dan ketika melihatmu, ia seperti melihat seorang adik kecil yang lucu. Berbedanya kau terlihat nyaman diawal karena sikap perhatiannya, namun perlahan kau merasa risih dengan sikapnya yang berlebihan. Tapi sadarilah ia bersikap berlebihan seperti itu hanya tidak ingin kehilangan adik yang ia sayangi lagi. Ia hanya ingin menjaga dan melindungi seorang adik, karena ia merasa gagal ketika ia tidak menjaga Yugyeom dengan baik.”

Entah perasaan apa ini namun jika boleh jujur Jungkook merasa sesak mendengar hal ini. ia teringat akan ucapan yang pernah dilontarkan Jieun padanya ‘Tidur yang nyenyak uri dongsaeng’ sebenarnya banyak kejadian yang merupakan kode hanya saja Jungkook tidak bergitu memperdulikan dan memperhatikan. Ia baru sadar setelah mendengar cerita dari Seokjin “Apa dia ingin mempermainkan perasaan seseorang?” ucapan tersebut keluar begitu saja dari mulut Jungkook.

Seokjin menatap Jungkook “ Apa perasaanmu merasa dipermainkan?” justru Seokjin melontarkan pertanyaan pada Jungkook.

Jungkook mengehelakan napasnya “Aniyo. Karena aku memang tidak menyukainya.”

Seokjin tersenyum mendengar ucapan Jungkook “Aku tidak mengatakan kau menyukainya” Jungkook terlihat membulatkan kedua matanya dengan argumen yang diberikan Seokjin “Aku mendengar dan melihat kejadian itu Jungkook. Jika kau merasa terganggu olehnya kenapa kau memojokkannya dan menciumnya?”

Jungkook menatap Seokjin tidak percaya “Hyung, waktu itu aku—“ ucapan Jungkook terpotong karena seolah mengerti apa yang dipikirkan Jungkook, kakaknya ini berkata.

“Aku tahu kau meluapkan emosimu karena itu cukup mengganggumu, hanya saja semenjak Jieun tidak pernah kesini aku merasa, kau seolah kehilangan sesuatu yang berharga.”

“Hyung, jangan menafsirkan sesuatu yang belum benar kenyataannya.” Bantah Jungkook

Seokjin mengangguk “Arasseo. Aku memang tidak tahu seperti apa sebenarnya perasaanmu. Karena perasaan itu hanya dirimulah yang tahu, aku pun mengerti kalau kau masih sulit menafsirkan perasaanmu ini. Kau harus bertanya pada lubuk hatimu yang paling dalam, apa sebenarnya perasaan ini” Seokjin memegang dada Jungkook dan memukul pelan membuat Jungkook meringis.

“Ya hyung!” protes Jungkook yang memegang dadanya, namun senyuman mengambang dari bibirnya.

Seokjin pun tersenyum dan berkata “Ya kau sudah beranjak dewasa, maka pahamilah dirimu sendiri. Satu hal ketika aku melihat Junhong, tatapannya terhadap Jieun bukanlah tatapan seorang adik pada kakaknya.” Mendengar itu Jungkook terdiam, entah perasaan apa ini sulit diartikan “Tapi aku merasa kalau Jieun tidak benar-benar mengganggapmu seorang adik. Entahlah, kau harus mencari tahu sendiri. Itupun jika kau ingin mencari tahu.” Lanjut Seokjin.

Jungkook hanya diam saja dengan ucapan yang diberikan Seokjin, ia tidak tahu harus berkata apa. Saat itu Seokjin meninggalkan Jungkook, namun tepat diambang pintu kamarnya Seokjin membalikkan tubuhnya dan berkata “Segera pahamilah perasaanmu itu sebelum terlambat.” Dengan senyuman ciri khasnya Seokjin menutup pintu kamar Jungkook.

Entah kenapa ia merasa kalut akan ucapan Seokjin, namun tidak dapat ia pungkiri sebuah senyuman mengembang dari bibirnya dan ia memegang dadanya seolah ingin memahami hatinya ‘Kau pasti paham Jeon Jungkook’ ucapan tersebut terlontar begitu saja dari batinnya dan tanpa sadar ia terus menatap kearah kamar Jieun. Cukup ia sadari  kristal putih yang merupakan butiran salju turun dengan sempurna dari langit pertanda jika pergantian musim telah tiba, senyum simpul pun takk luput dari bibir Jungkook.

****

# EPILOG

taebaek-snow-festival0

Matahari dipagi hari tampak menyinari dunia, namun pepohonan dipenuhi dengan butiran- butiran kristal. Bertanda musim dingin telah datang, tak pelak pagi hari dibalkon Jungkook sudah disambut dengan hamparan kristal salju dibalkon kamarnya. Ia sadar semalaman salju turun, hal itu bukan halangan bagi Jungkook berada dibalkon untuk menghirup udara segar dipagi hari. Meski keadaan ia menghirup udara dingin dipagi hari, namun ia tetap menikmati.

Ketika dirinya tengah asik merentangkan kedua tangannya, cukup disadari dari arah kamar Jieun tampak jelas Jieun keluar dari kamarnya. Sama halnya seperti Jungkook, Jieun pun menghirup udara dingin dipagi hari.

Tanpa sadar Jungkook memperhatikan Jieun  dengan setelan layaknya wanita kantor, ia terlihat begitu rapi dan cantik dengan lipstick pink yang digunakannya.

2016-mexicana-calendar-photoshoot-iu-costume-auction-iu-39246277-500-500

 “Jungkook-ah, annyeong” sapa Jieun yang sadar keberadaan Jungkook dibalkon.

“Eoh… Ne, noona annyeong” sadar Jungkook dan membalas sapaan Jieun, entah kenapa perasaan canggung menyelimuti dirinya, namun sebisa mungkin Jungkook berusaha bersikap biasa saja “Neo, eoddie?” tanya Jungkook seakan mencari pembahasan menutupi rasa canggungnya.

“Aigo, aku sudah berpenampilan serapi ini tentu saja aku mau berangkat kerja Jungkook-ah” Ujar Jieun dengan senyuman ciri khasnya.

Senyuman itu membuat Jungkook diam membeku, senyuman yang sudah lama tidak ia lihat dari sosok Jieun. bahkan ia cukup sadar dengan kata yang keluar dari Jieun bukan ‘Jungkookie’ melainkan ‘Jungkook-ah’.

“Jungkook-ah?” sedikit ragu Jungkook berucap demikian, rasanya ia tak rela mendengar itu saja dari seorang Jieun.

“Ne?” ujar Jieun cukup bingung dengan ucapan Jungkook.

Namun dengan cepat Jungkook mengelengkan kepalanya “Aniyo….” Jungkook memutar bola matanya dan kembali berucap “Noona, 7 bulan yang lalu..” Jungkook menggantungkan kalimatnya karena cukup ragu untuk mengungkit waktu itu.

Jieun tersenyum simpul “7 bulan yang lalu, aku sengaja menyelesaikan kuliahku lebih cepat dan bekerja. Dengan kesibukan itu, aku pun tak dapat menganggumu lagi.” Ujar Jieun dengan jujur.

“Waeyo? Apa kau sengaja mencari kesibukan untuk menghindariku?” tanya Jungkook yang tampak peka dengan ucapan Jieun tadi.

Jieun tersenyum tipis dan berkata “Ne… aku malu untuk berhadapan denganmu lagi, karena aku sadar sikapku padamu sangat keterlaluan. Mianhae Jungkook-ah”

Jungkook menatap Jieun “Aniyo noona—-“ belum sempat melanjutkan ucapannya.

 “Kau bertanya 7 bulan yang lalu, karena takut aku menganggumu lagi kan? Aisshhh” ujar Jieun mengeluarkan desisan candaan. Jungkook ingin berkata, namun Jieun lebih dulu berucap “Kau tenang saja Jungkook-ah, semenjak 7 bulan yang lalu menyadarkanku akan sikap jahil dan keterlaluanku. Maka dari itu aku tak akan menganggu atau menjahilimu lagi, aku berjanji”

Tampak jelas senyuman tulus Jieun, namun ucapan tersebut sukses membuat Jungkook merasa tak rela. “Waeyo? apa karena Junhong?” tanya Jungkook.

“Ne?” Jieun mengerutkan keningnya dengan pertanyaan Jungkook, ketika Jungkook ingin berucap. Tampak jelas dari pintu masuk kamar Jieun, masuk seorang pria tinggi dan menghampiri Jieun.

“Noona-ya sarapan sudah siap” ujar Junhong yang langsung merangkul Jieun dan cukup sadar dengan tatapan Jungkook “eoh~ kook-ah annyeong” tak segan Junhong pun menyapa Jungkook dan dibalas senyuman olehnya.

“Kajja. Kau harus sarapan dulu dan mulai sekarang aku akan mengantarkanmu bekerja setiap hari” ujar Junhong dengan senyum manis.

Tak pelak Jieun tersenyum simpul dan berkata “Aigo uri dongsaeng, kau tak perlu mengantarkanku setiap hari. Karena aku tidak bekerja setiap hari” lelucon Jieun disambut tatapan kesal Junhong, namun itu biasa didapat olehnya dari seorang Jieun memberi lelucon.

“Noona~~” kesal Junhong dengan lelucon Jieun yang justru disambut tawaan Jieun karena sikap lucu Junhong.

“Ne, arasseo uri dongsaeng” Jieun mencubit pipi dan mengacak lembut Junhong, tanpa menyadari Jungkook memperhatikan hal tersebut.

“Jieun-ah” ujar Jungkook membuat Jieun dan Junhong spontan menatap kearahnya. “Kau… apa benar hanya menganggapku seorang adik?” tutur Jungkook sukses membuat Jieun diam membeku dan menatap Jungkook, begitu juga dengan Junhong yang menatap kearah Jungkook.

“Ya, apa yang kau bicarakan Jeon Jungkook. Sebaiknya kau bersiap untuk kuliah, ahhhh aku sangat lapar sekali” seru Jieun seakan mengalihkan pembicaraan dan berjalan memasuki kamarnya.

Menerima hal ini Jungkook menghelakan napasnya dan Junhong pun menatap Jungkook dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun sesaat ia pun mengikuti langkah Jieun memasuki kamarnya.

####

Jieun baru saja keluar dari rumahnya, namun sosok Jungkook sudah berada didepan halaman rumahnya. Membuatnya bertanya-tanya dengan sikap Jungkook, bahkan Jungkook tak segan menghampiri Jieun “Ya, bukan bersiap untuk kuliah kau justru kesini” ujar Jieun yang sudah berhadapan dengan Jungkook.

“Waeyo? apa aku tak boleh kerumahmu?” tanya Jungkook

“Aniyo….” belum melanjutkan ucapannya, justru kali ini Jungkook menggamitkan syal putih yang dibawanya tepat dileher Jieun. Mendapati hal ini Jieun hanya mampu menatap Jungkook.

“Meski kau menyukai musim dingin, setidaknya gunakan syal jika keluar rumah” ujar Jungkook dan kali ini ia memakaikan topi rajut tepat dikepala Jieun, ia pun merapikan rambut Jieun.

Lagi-lagi Jieun hanya mampu diam membeku dengan tindakan Jungkook, namun satu kata terlontar begitu saja “Waeyo?” ujar Jieun menatap Jungkook.

Dari arah belakang Junhong yang baru saja keluar rumah “Jieun noona—“ ucapannya menggantung begitu saja ketika melihat pemandangan tersebut, ia pun menatap syal yang ia bawa dari dalam.

Jungkook hanya tersenyum simpul pada Jieun “Kau tak akan mengangguku lagi bukan?” tanya Jungkook

“Ne” jawab Jieun

“Jika seperti itu, mulai sekarang aku yang akan menganggumu, menjahilimu dan terus datang kerumahmu. Sampai kau benar-benar tak menganggapku seorang adik, melainkan ‘namja’” ujar Jungkook dengan senyuman manisnya.

cr448tzvyaai5of

Ucapan Jungkook sukses membuat Jieun semakin menatap Jungkook, dengan tatapan tak percayanya. Sedang Junhong menghelakan napas beratnya dan menatap tajam Jungkook.

FIN~

Maaf ya FFnya gaje gini, terima kasih sudah bagi yang sudah membaca dan meninggalkan jejask … ^^

8 thoughts on “You Don’t Know Love [Chapter 2] End

  1. gak tau mau komen apa. awalnya aku terharu. dan juga terjebak. aku pikir jieun emg suka sama Jungkook. nytanya cma nganggap adik. tapi pda knytaannya apa Jieun emg suka Jungkook. akhirnya masih gantung. mian. bukannya gak suka. tapi pengen sequel. hehe. ngarep nih. feelnya dpt bgt. aku suka deh. wlw gak ada sequel. aq harap ada ff yg lain. cast cewnya yg pasti Lee Jieun aka IU.

  2. pas baca pertama entah kenapa sedih, iya sedih 😦 sedih dah pokoknya (?) (oke ini gaje 😂😂) gak tau mau komen apa lagi tapi suka sama semua cast nya kkk 😂 masa masa masa akhirnya gantung 😦 kan jadi penasaran 😷 lanjutin bisa lah thor kkk

    fighting❣❣❣

Tinggalkan komentar